KRITIK SOSIAL POLITIK DALAM LIRIK
LAGU MOSI TIDAK PERCAYA KARYA EFEK RUMAH KACA DALAM LINGKUP LINGUISTIK KOGNITIF
(SOCIAL
POLITICAL CRITICISM IN THE SONG LYRICS MOSI TIDAK PERCAYA BY EFEK RUMAH KACA IN
COGNITIVE LINGUISTIC)
Disusun oleh :
Adelia Fara Deva
Ayu Rahmawati
Universitas Brawijaya Fakultas Ilmu Budaya
Program
Studi Sastra Jepang Angkatan 2020
Abstract
Music that is packaged with
attractive tones and filled with attractive lyrics can increase listeners'
interest. That way, the message contained in it can be conveyed widely.
Therefore, one of the functions of music that is developing today is as a mass
communication media. Music can record the reality of social criticism. This
research examines the song by the band Efek Rumah Kaca, entitled "Mosi
Tidak Percaya". The social criticism contained in the song expresses
public doubts about the government. This social criticism is very relevant to
the socio-political situation in Indonesia recently. For example, when the RUU
KUHP was passed, which weakened the Corruption Eradication. This study aims to
determine the relevance of Indonesia's recent socio-political conditions in the
lyrics of the song "Mosi Tidak Percaya" by the band Efek Rumah Kaca.
To answer that problems, we use descriptive qualitative methods with cognitive
linguistic analysis theory. Where the theory interprets language in terms of
concepts, sometimes universal, sometimes special, for a particular tongue,
which underlies the form. The results of this research are seen from the lyrics
of the song "Mosi Tidak Percaya" by the band Efek Rumah Kaca. The
song's lyrics express the public's angry, restlessness and doubts about the
government. This feeling arises because the government often renounces the
promises they make to the people, weak alibis and arguments, and people's
dissatisfaction with the government's performance. The community also demands
that the government keep promises and strive to restore people's trust.
Keywords: criticism, mosi tidak percaya, the
government
Abstrak
Musik
yang dikemas dengan nada yang memikat serta diisi dengan lirik yang menarik dapat
meningkatkan minat pendengar. Dengan begitu, pesan yang terkandung di dalamnya dapat
tersampaikan secara luas. Oleh sebab itu, salah satu fungsi musik yang
berkembang saat ini adalah sebagai media komunikasi massa. Musik dapat merekam realitas
dalam melancarkan kritik sosial. Penelitian ini meneliti lagu karya grup band
Efek Rumah Kaca yang berjudul “Mosi Tidak Percaya”. Kritik sosial yang
terkandung dalam lagu tersebut mengungkapkan keraguan masyarakat terhadap pemerintah.
Kritik sosial tersebut sangat relevan dengan keadaan sosial politik Indoneia baru-baru
ini. Contohnya ketika disahkannya RUU KUHP yang melemahkan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana relevansi kondisi
sosial politik Indonesia baru-baru ini dalamlirik lagu “Mosi Tidak Percaya”
karya band Efek Rumah Kaca. Untuk menjawab masalah di atas, maka kami
menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teori analisis linguistik kognitif,
dimana teori tersebut menafsirkan bahasa dalam hal konsep, kadang universal,
kadang khusus, bagi lidah tertentu, yang mendasari bentuk. Hasil penelitian ini
dilihat dari lirik lagu “Mosi Tidak Percaya” karya band Efek Rumah Kaca. Lirik lagu
tersebut mengungkapkan kemarahan, keresahan, dan keraguan masyarakat terhadap pemerintah.
Perasaan tersebut muncul karena pemerintah sering ingkar terhadap janji yang
mereka buat untuk rakyat, alibi-alibi serta argumentasi yang lemah, dan rasa
tidakpuasnya masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Masyarakat juga menuntut pemerintah
untuk menepati janji dan berupaya mengembalikan kepercayaan rakyat.
Kata kunci:
kritik, mosi tidak percaya, pemerintah
1. Pendahuluan
Dikutip dari laman Wikipedia, kritik merupakan proses analisis dan evaluasi terhadap sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan. Suatu kritik dapat disampaikan melalui berbagai cara, seperti media massa, puisi, lagu, drama, dan lain sebagainya. Banyak masyarakat yang mengkritik keadaan sosial, politik, dan lingkungan pada media massa, karya sastra, dan seni atau sesuai bidangnya masing-masing. Tak sedikit yang membawakan protes atau kritik terhadap keadaan sekitar melalui musik atau lagu, karena musik lebih banyak dikenal oleh semua golongan dan musik lebih praktis untuk didengarkan di mana saja.
Menurut Jamalus (1988:1) Musik merupakan hasil karya seni yang berupa bunyi yang dibentuk menjadi sebuah lagu atau suatu komposisi yang mengungkapkan isi pikiran & perasaan yang menciptakannya lewat berbagai unsur pokok musik yakni harmoni, melodi, irama dan bentuk atau struktur lagu serta bentuk ekspresi sebagai suatu kesatuan. Pada zaman dahulu, musik digunakan untuk upacara-upacara adat atau tradisi sakral yang dilakukan di beberapa daerah. Namun seiring berkembangnya zaman, musik juga berfungsi sebagai sarana hiburan, mata pencaharian, dan sebagai sarana untuk penyampaian kritik terhadap kehidupan masyarakat sekitar. Penyampaian kritik tidak dimaksudkan dengan menjelek-jelekkan sesuatu, namun digunakan untuk sarana penyampaian aspirasi dan bentuk evaluasi agar objek yang dikritik menjadi lebih baik. Namun kita juga harus membedah arti dari lirik lagu yang dinyanyikan, karena lirik lagu banyak yang menggunakan makna kiasan atau ungkapan yang sulit dipahami bagi orang yang awam. Oleh karena itu, saat membaca lirik lagu kita tidak boleh langsung menyimpulkan isi tersebut, kita harus membedah terlebih dahulu arti tiap kata dan kalimat di dalam lirik lagu, karena tak jarang orang yang salah mengartikan maksud isi dari lirik lagu. Tak sedikit musisi yang menggunakan media musik sebagai sarana penyampaian kritik, misalnya penyanyi Iwan Fals, Efek Rumah Kaca, dan masih banyak lagi.
Efek Rumah Kaca adalah band indie nan unik asal Indonesia yang terkenal dengan lagunya yang menyentuh dan mengambil dari keadaan sosial, politik, dan lingkungan masyarakat sekitar. Kebanyakan lagu band Efek Rumah Kaca ini mengandung kritik sosial, politik, dan lingkungan yang diambil pada keadaan masyarakat sekitar. Maka tidak heran jika band ini terkenal akan lagu-lagunya yang berbobot. Salah satunya lagu Mosi Tidak Percaya yang merupakan lagu ketiga di album Kamar Gelap yang dirilis pada tahun 2008. Lagu ini ditulis oleh Cholil Mahmud sang vokalis sekaligus gitaris dari band Efek Rumah Kaca. Pada tahun 2009, seorang youtuber bernama Audy Erel mengunggah musik video dari lagu Mosi Tidak Percaya dan sudah ditonton sebanyak 1,5 juta lebih. Lagu ini memiliki melodi yang sangat enak didengarkan, ditambah suara merdu sang vokalis dari band Efek Rumah Kaca, Cholil Mahmud. Tak hanya melodi saja yang menjadi poin utama di sini, namun lirik pada lagu Mosi Tidak Percaya sangat bagus karena menggunakan pemilihan kata yang indah. Kemungkinan beberapa lirik atau kalimat ada yang menggunakan kalimat kiasan atau ungkapan yang sulit dimengerti bagi orang yang awam. Lagu Mosi Tidak Percaya sendiri adalah sebuah lagu yang memotret tentang keadaan sosial-politik dimana mereka (rakyat) marah terhadap kebijakan pemerintah karena tidak menepati janti yang telah dibuat. Lagu ini kerap kali dikumandangkan pada aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa, misalnya pada pengesahan RUU KUHP dan RUU Cipta Kerja yang baru-baru ini terjadi.
Penelitian tentang lagu sebagai media penyampaian juga pernah dilakukan oleh Dwi Kurniasih dengan jurnal yang berjudul Dakwah Milenial Era Digital : Analisis Linguistik Kognitif Pada Lagu Balasan Jaran Goyang dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dan analisis isi secara kualitatif. Pada jurnal tersebut berfokus pada penggambaran pesan dakwah generasi milenial di era digital. Terdapat perbedaan dengan penelitian kami yang menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dan menggunakan analisis linguistik kognitif. Fokus pada penelitian kami, yaitu menjelaskan tentang isi dan gaya bahasa yang terdapat dalam lagu Mosi Tidak Percaya.
Alasan kami memilih lagu Efek Rumah Kaca yang berjudul Mosi Tidak Percaya karena lagu ini cukup populer hingga saat ini dan menarik untuk dibahas. Pemilihan kata atau diksi juga diperhatikan dalam lagu tersebut dan sebagian orang tidak mengerti tentang makna beberapa isi di dalam lirik tersebut. Dengan hal ini kami ingin menganalisis isi serta gaya bahasa pada lirik lagu Mosi Tidak Percaya lalu dihubungkan dengan hubungan keadaan yang baru-baru ini terjadi dan kami juga ingin mengetahui alasan di balik rilisnya lagu Mosi Tidak Percaya yang dipopulerkan oleh grup band Efek Rumah Kaca tersebut. Kami berharap penelitian ini mampu memberikan sebuah wawasan tentang pemanfaatan lagu yang tidak hanya digunakan sebagai media hiburan saja, namun juga dimanfaatkan sebagai media kritik.
2. Kerangka Teori
Menurut Yoshimura (Yoshimura dalam Pengenalan Pendekatan Linguistik Kognitif 〔認知言語学 dalam Penelitian Bahasa Oleh Dedi Suted,2003:1) menegaskan maksud kognitif yang digunakan dalam aliran ini, yaitu seluruh kegiatan pikiran manusia dalam memahami dan memaknai setiap pengalaman barunya secara subjektif dalam mengatur berbagai informasi yang diperoleh dengan tepat. Jadi, Linguistik Kognitif adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa yang dimiliki oleh manusia. Ilmu linguistik sendiri memiliki jenis-jenis dan cabang-cabang yang tidak sedikit. Ini terjadi karena objek linguistik, yaitu bahasa, mempunyai jangkauan hubungan yang sangat luas di dalam kehidupan manusia (Alek, 2018:19).
Menurut Finocchiarno (Finocchiarno dalam Liliana Muliastuti, bahasa adalah satu sistem simbol vokal yang arbitrer, memungkinkan semua orang dalam satu kebudayaan tertentu, atau orang lain yang telah mempelajari sistem kebudayaan tersebut untuk berkomunikasi atau berinteraksi. Bahasa sangat penting bagi manusia guna berinteraksi dan berkomukiasi. Tujuan lain bahasa adalah untuk menyampaikan sesuatu kepada lawan bicara atau khalayak umum. Selanjutnya Pei & Gaynor (Pei & Gaynor dalam Liliana Muliastuti) mendefinisikan bahasa sebagai satu sistem komunikasi dengan bunyi, yaitu lewat alat ujaran dan pendengaran, antara orang-orang dari kelompok atau masyarakat tertentu dengan mempergunakan simbol-simbol vokal yang mempunyai arti arbitrer dan konvensional. Pendapat ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Wardhaugh bahwa bahasa adalah satu simbol vokal yang arbitrer yang dipakai dalam komunikasi manusia.
3. Metode Penelitian
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang dimana peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian untuk kemudian digambarkan sebagaimana adanya (Nana Sudjana dan Ibrahim, 1989:64). Penelitian deskriptif biasanya banyak digunakan dalam artikel atau jurnal dan penelitian ini biasanya menggunakan studi pustaka sebagai metode untuk mencari sumber yang berhubungan dengan suatu masalah yang akan dibahas. Data pada artikel yang kami tulis adalah lagu Efek Rumah Kaca yang berjudul Mosi Tidak Percaya (lirik diakses secara online melalui LyricFind : https://g.co/kgs/vpp4Fs). Menurut Sugiono, penelitian kualitatif adalah penelitian dimana peneliti ditempatkan sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara penggabungan dan analisis data bersifat induktif (Sugiono, 2010:9). Gaya bahasa merupakan bentuk retorika, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan dan mempengaruhi penyimak atau pembaca (Tarigan dalam Analisis Gaya Bahasa Pada Lirik Lagu Ebit G. Ade oleh Ema Widiyas Prasida, 2010).
4. Pembahasan
4.1 Rilisnya lagu Mosi Tidak Percaya
Efek Rumah Kaca adalah band indie dan unik yang berasal dari Indonesia dan sudah dibentuk sejak tahun 2001 dengan beranggotakan Cholil Mahmud (vokalis dan gitaris), Akbar Bagus Sudibyo (drum), Poppie (bass), dan Adrian Yunan Faisal (bass, sekaligus mantan anggota). Band ini terkenal dengan lagunya yang sebagian besar memotret keadaan sosial, politik, dan lingkungan pada keadaan atau kehidupan masyarakat sekitar. Sang vokalis, Cholil Mahmud, juga piawai dalam membicarakan masalah sosial dan politik. Dalam wawancara yang dilakukan di kanal Youtube LokadataID yang dirilis pada tanggal 27 September 2018, Cholil menjelaskan bahwa musik adalah hidupnya, yang artinya hidup bisa dilihat dari musik, karakter, dan substansi lirik. Musik juga bisa digunakan untuk propaganda, penyampaikan sesuatu, dan bahkan untuk hiburan semata. Dari album pertama yang berjudul Efek Rumah Kaca sampai album kedua yang berjudul Kamar Gelap liriknya kebanyakan menggambarkan tentang masalah sosial-politik yang terdapat di masyarakat sekitar, misalnya pada lagu Di Udara yang merupakan lagu ketujuh yang terdapat di album pertama “Efek Rumah Kaca”. Lagu DI Udara didedikasikan terhadap kasus Munir, aktivis Hak Asasi Manusia, yang diracuni di pesawat. Dilansir dari web Tempo.co yang ditulis oleh Yosep Arkian, alasan dirilisnya lagu Di Udara adalah untuk menyebarkan pesan kepada masyarakat tentang keberanian tokoh Munir dalam menyoroti masalah-masalah Hak Asasi Manusia yang kerap terjadi.
Lalu selang satu tahun, Efek Rumah Kaca kembali merilis album baru yang berjudul Kamar Gelap pada tahun 2008. Di album kedua ini banyak membicarakan tentang politik, kenakalan remaja, dan masalah ekonomi. Salah satunya yaitu lagu berjudul Mosi Tidak Percaya yang merupakan lagu ketiga di album Kamar Gelap. Lagu ini memotret tentang politik dimana kepercayaan rakyat hilang terhadap pemerintah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mosi sendiri artinya keputusan rapat, misalnya parlemen, yang menyatakan pendapat atau keinginan para anggota rapat. Secara keseluruhan mosi tidak percaya adalah suatu ungkapan ketidakpercayaan terhadap sesuatu atau terhadap pemerintah. Pada lagu Mosi Tidak Percaya, band Efek Rumah Kaca ini memberikan kritik terhadap pemerintah terkait masalah korupsi yang terjadi pada masa itu. Hal ini berkaitan dengan korupsi di tahun 2008 di Indonesia yang banyak mengalami penyelewengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dilansir oleh Kompas.com (ditulis oleh Kahfi Dirga Jaya), band Efek Rumah Kaca (ERK) menyuarakan kekecewaan mereka kepada Dewan Perwakilan Rakyat dengan memainkan lagu Mosi Tidak Percaya saat aksi peringatan Hari Antikorupsi di depan Gedung DPR/MPR pada tanggal 8 Desember 2015 silam. Lagu yang dinyanyikan Cholil, sang vokalis sekaligus gitaris, membuat suasana di antara ratusan orang yang bergabung dalam aksi itu menjadi semarak. Lirik pembuka dari lagu itu mencibir anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang dinilai selalu mencari dalih dan alasan. Saking terkenalnya lagu Mosi Tidak Percaya, lagu ini sering dikumandangkan saat aksi demonstrasi antar rakyat dan pemerintah. Demonstrasi yang baru-baru ini terjadi adalah ketika DPR mengesahkan RUU Cipta Kerja menjadi undang-undang dalam Rapat Paripurna ke-7 masa persidangan I 2020-2021 di Kompleks Parlemen, Jakarta (Kompas.com). Akibatnya, banyak rakyat yang tidak setuju dan menolak beberapa poin yang ada di dalam undang-undang tersebut. Semua buruh hingga mahasiswa turun ke jalan dan berteriak Mosi Tidak Percaya terhadap Dewan Perwakilan Rakyat. Bahkan tagar Mosi Tidak Percaya menjadi trending topik di twitter maupun youtube. Beberapa orang mulai mengumandangkan lagu Mosi Tidak Percaya sebagai bentuk kekecewaan terhadap Dewan Perwakilan Rakyat di depan gedung DPR bahkan di jalanan. Lagu ini menjadi terkenal dari waktu ke waktu dan tak heran jika tak sedikit orang sudah mengenal band Efek Rumah Kaca lewat lagu-lagunya yang berbobot.
4.2 Makna Lirik Lagu Mosi Tidak Percaya
Saat ini musik sudah menjadi sarana hiburan yang paling sering dilakukan oleh semua orang tanpa memandang usia, ras, agama, dan lain-lain. Musik dinilai sebagai sarana hiburan yang cukup efisien dan praktis karena dapat didengarkan di mana saja dan kapan saja. Jika kita berbicara tentang musik, maka kita akan penasaran tentang siapa musisi atau penulis dari lagu tersebut dan membuat lagu tersebut menjadi lebih dikenal banyak orang. Musisi menurut Fredrickson (Fredrickson dalam blog Jurnal Musik:2017) adalah individu yang memainkan ataupun menulis musik, serta memiliki kemampuan dalam salah satu atau lebih alat musik, menghabiskan sejumlah waktu untuk mempelajari hal-hal berkaitan dengan musik, menampilkan pertunjukan musik, dan mendengarkan musik dengan seksama. Seorang musisi seringkali menyampaikan ekspresinya melalui lirik lagu dan dimainkan dengan musik, dari bertemakan cinta, sekolah, sosial, hingga politik. Mereka seringkali menuangkan ide, ekspresi, dan kritik ke dalam lirik lagu yang dikemas dengan indah.
Di Indonesia tak sedikit orang yang menuangkan ide, ekspresi, dan kritik ke dalam karya seni maupun karya sastra, salah satunya band Efek Rumah Kaca. Mulai dari album pertama (Efek Rumah Kaca) hingga album kedua (Kamar Gelap) kebanyakan isi liriknya memotret tentang keadaan sosial hingga politik di masyarakat sekitar. Lagu Mosi Tidak Percaya merupakan lagu dari band Efek Rumah Kaca yang ditulis oleh Cholil Mahmud, sang vokalis sekaligus gitaris, pada tahun 2008. Lirik lagu Mosi Tidak Percaya berisi ungkapan rasa kekecewaan, amarah, dan tuntutan rakyat terhadap pemerintah yang dianggap lalai dalam melaksanakan tugas mereka. Dalam penelitian ini bertujuan untuk membedah isi lirik lagu Mosi Tidak Percaya guna menafsirkan bahasa dalam hal konsep khusus, yaitu kritik sosial politik yang terkandung di dalamnya.
Ini masalah kuasa
Alibimu berharga
Kalau kami tak percaya
Lantas kau mau apa
Lirik di atas merupakan bait pertama dari lagu Mosi Tidak Percaya, sang penulis dengan tegas menambahkan majas sindiran terhadap pemerintah. Hal itu terlihat jelas pada lirik ini masalah kuasa, alibimu berharga. Pada bait pertama mengungkapkan amarah rakyat Indonesia terhadap pemerintah. Pada kalimat pertama menunjukkan bahwa rakyat dengan tegas menyatakan bahwa kuasa rakyat di negara demokrasi ini merupakan kuasa tertinggi dan mengalahkan kuasa pemerintah. Menurut Georg Sorensen (2003:15) demokrasi merupakan suatu perencanaan institusi untuk mencapai keputusan politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat. Pada lirik lagu kalau kami tak percaya, lantas kau mau apa bermakna bahwa rakyat dengan tegas mengingatkan pemerintah akan posisi mereka di negara ini, yang mana berarti pemerintah sepatutnya mengutamakan kepetingan rakyat di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Kamu tak berubah
Selalu mencari celah
Lalu semakin parah
Tak ada jalan tengah
Namun di kenyataanya, rakyat seringkali dikesampingkan oleh pemerintah. Pada bait ke-2 dari lirik tersebut memaparkan sikap-sikap pemerintah yang menyebabkan rakyat merasa muak dan kecewa. Cholil menambahkan ungkapan sindiran lagi pada kalimat kamu tak berubah, selalu mencari celah yang memiliki arti bahwa pemerintah cenderung enggan mengubah kebijakan mereka meskipun rakyat dengan jelas merasa keberatan. Pemerintah cenderung untuk mencari-cari alasan guna menguatkan kebijakan mereka. Dengan kata lain, suara masyarakat sering diabaikan oleh pemerintah. Hingga pada akhirnya rakyat merasa bahwa antara rakyat dan pemerintah tidak ada jalan tengah.
Jelas kalau kami marah
Kamu dipercaya susah
Pantas kalau kami resah
Sebab argumenmu payah
Pada bait ke-3 dituliskan bahwa pada akhirnya rakyat merasa marah terhadap pemerintah. Rakyat merasa bahwa pemerintah sangat sulit untuk dipercaya. Sebagaimana yang diungkapkan di bait sebelumnya bahwa pemerintah cenderung mencari-cari celah atau alasan agar mereka tetap bisa mempertahankan kebijakan mereka meskipun kebijakan tersebut membuat rakyat merasa dirugikan dan dicurangi. Namun, rakyat tidaklah mudah diperdaya. Pada kalimat pantas kalau kami resah, sebab argumenmu payah terdapat gaya bahasa yang menggunakan ungkapan sarkasme. Pada kalimat tersebut mengartikan bahwa argumen-argumen pemerintah yang lemah tersebut malah membuat mereka semakin marah dan resah. Sebagai contoh, pada saat disahkannya Omnibus Law RUU Cipta Kerja menjadi undang-undang, meskipun pengesahan tersebut mendatangkan penolakan dari berbagai elemen masyarakat dan sampai menyebabkan rakyat melangsungkan demo besar-besaran, pemerintah tetap pada pendiriannya dan tidak mau membatalkan pengesahan tersebut.
Kamu ciderai janji
Luka belum terobati
Janjimu pelan-pelan akan menelanmu
Pada lirik lagu di atas menjelaskan perasaan rakyat yang kecewa dan tersakiti oleh sikap pemerintah. Pada kalimat kamu ciderai janji, luka belum terobati terdapat majas personifikasi dimana kata ciderai merujuk pada janji pemerintah yang pernah disumpahkan, namun pemerintah mengingarinya dan abai akan rakyatnya. Keadaan tersebut sangat relevan dengan dua kejadian yang baru-baru ini terjadi. Yang pertama, merupakan pengesahan RUU KUHP yang melemahkan KPK. Kejadian tersebut memancing amarah masyarakat hingga para mahasiswa melakukan aksi demo besar-besaran. Belum sampai ‘luka’ tersebut ‘tertobati’, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru yang menyulut amarah rakyat lagi dan lagi. Kebijakan tersebut adalah disahkannya Omnibus Law RUU Cipta Kerja menjadi undang-undang. Pada kalimat janjimu pelan-pelan akan menelanmu merupakan majas personifikasi karena janji diibaratkan sebagai benda hidup yang akan menelan sesuatu. Pada lirik tersebut mengungkapkan rasa marah dan kecewa masyarakat terhadap pemerintah yang terus-terusan mengingkari janji mereka dan terus mengabaikan suara rakyat.
Kami tak mau dibeli
Kami tak bisa dibeli
Ini mosi tidak percaya jangan
anggap kami tak berdaya
Ini mosi tidak percaya kami tak mau lagi diperdaya
Pada lirik lagu di atas mengungkapkan bahwa rakyat telah memilih bangkit dan berupaya untuk mendapatkan hak-hak mereka. Pada kalimat kami tak bisa dibeli memiliki gaya bahasa majas personifikasi dimana kami bukanlah barang yang bisa dibeli semaunya saja. Pada lirik tersebut menegaskan bahwa rakyat akan terus teguh berjuang demi kepentingan bersama dan tidak akan mau ‘dibeli’ yang mana hal tersebut hanya akan menguntungkan golongan-golongan tertentu. Karena jika rakyat mau ‘dibeli’ maka tujuan bersama tidak akan pernah tercapai. Pada akhirnya di kalimat ini mosi tidak percaya jangan anggap kami tak berdaya dan ini mosi tidak percaya kami tak mau lagi diperdaya menegaskan sekali lagi bahwa kini rakyat telah bersatu dan bangkit memperjuangkan hak-hak mereka. Mosi tidak percaya sendiri adalah suatu ungkapan kekecewaan atau ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah. Hal ini bukan berarti rakyat membangkang dan tidak menghormati pemerintah yang telah berjasa mengatur pemerintahan, tetapi maksud dari ini semua adalah agar rakyat dan pemerintah bisa saling memahami dan menghormati satu sama lain, sehingga kebijakan negara dapat mendatangkan kesejahteraan untuk semua pihak.
5. Penutup
Musik menjadi begitu populer dan banyak diminati orang mulai dari genre religi, dangdut, reggae, pop, hingga klasik. Musik tak bisa terlepas dengan keadaan musisi atau musikus, karena selain musiknya yang indah akan lebih menarik lagi jika ada lirik lagu yang elok pula dan bisa memikat di hati para pendengar. Tak sedikit juga musisi yang banyak membahas tentang keadaan sosial bahkan kritik atau protes terhadap pemerintah, salah satunya yang terdapat pada lirik lagu Mosi Tidak Percaya yang dipopulerkan oleh band Efek Rumah Kaca. Pada lirik lagu tersebut menceritakan bahwa rakyat kecewa dan marah terhadap kebijakan ang dibuat oleh pemerintah dan tidak sesuai dengan keinginan rakyatnya. Pemerintah abai akan suara rakyatnya dan justru mengingkari janji yang pernah mereka buat. Oleh karena itu rakyat marah dan mengeluarkan mosi tidak percaya terhadap pemerintah. Bahkan banyak kejadian dimana pemerintah selalu mementingkan kepentingan pribadi atau golongan dibandingkan kepentingan bangsa. Pada bait terakhir lagu Mosi Tidak Percaya, rakyat mulai bersatu untuk tetap menegakkan hak-hak mereka sebagai warga negara. Pemerintah diharapkan untuk tetap mementingkan kepentingan bangsa daripada kepentingan pribadi dan golongan agar tercipta suatu negara yang tentram dan makmur.
Daftar Pustaka
Jamalus. (1988). Musik dan Praktik Perkembangan Buku
Sekolah Pendidikan Guru. Jakarta: CV Titik Terang
Dirga Cahya, Kahfi. (2015). "Mosi Tidak Percaya
untuk DPR dari Efek Rumah Kaca”
https://nasional.kompas.com/read/2015/12/08/16165231/.Mosi.Tidak.Percaya.untuk.DPR.dari.Efek.Rumah.Kaca.
Diakses pada tanggal 17 Desember 2020
Irawan, Gita. (2019). ”Efek Rumah Kaca Bawakan Lagu
'Mosi Tidak Percaya' untuk Pansel Capim KPK di Gedung Merah Putih”
https://www.tribunnews.com/nasional/2019/08/30/efek-rumah-kaca-bawakan-lagu-mosi-tidak-percaya-untuk-pansel-capim-kpk-di-gedung-merah-putih?page=2
Diakses pada tanggal 17 Desember 2020
Paramita Saraswati, Dyah. (2019). “Cerita 'Mosi
Tidak Percaya', Lagu ERK yang Dikumandangkan saat Demo”
https://hot.detik.com/music/d-4720988/cerita-mosi-tidak-percaya-lagu-erk-yang-dikumandangkan-saat-demo
Diakses pada tanggal 18 Desember 2020
Martinet, Andre. (1960). Elements of General Linguistics. Tr. Elisabeth Palmer Rubbert
(Studies in General Linguistics, vol. i.). London: Faber. hlm. 15
Georg Sorensen, Demokrasi
and Demokratization: Processed and Prospects in a Changing Word, Trj. I.
Made Krisna, Demokrasi dan Demokratisasi (Proses dan Prospek Dalam Sebuah Dunia
yang Sedang Berubah , Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2003, hlm. 15
Yoshimura, Kimihiro. (1995), Ninchi Imiron no Houhou (Keiken to Douki no Gengogaku), Tokyo:
Jinbu Shoin.
Alek. (2018), Linguistik Umum, Jakarta:Penerbit
Erlangga. hlm. 19
staffnew.uny.ac.id. Staff UNY. Linguistik Umum (Diakses
pada tanggal 21 Desember 2020). diakses dari http://staffnew.uny.ac.id/upload/132006198/pendidikan/Linguistik+Umum.pdf
Widiyas Prasida, Ema. (2010). Analisis Gaya Bahasa
Pada Lirik Lagu Ebit G. Ade diakses dari http://eprints.ums.ac.id/8462/1/A310060140.pdf pada tanggal 20 Desember 2020
0 Comments