[CERPEN] Bangku Kosong


Aku berlari menyusuri koridor sekolah yang sepi, hanya terdengar suara derap langkahku yang berlari.

Tap tap tap!

Saat itu semua siswa SMA Jaya sudah pulang, hanya aku dan kawanku saja yang belum pulang karena ada sesuatu benda penting yang tertinggal di dalam kelas. Sepi. Hening. Jika orang normal pasti bulu kuduknya tiba-tiba merinding, namun aku tak pernah merasakan hal seperti itu.

Perkenalkan namaku Chita Amora. Aku siswi di SMA Jaya yang duduk di bangku 11 MIPA 2. Aku tidak percaya dengan hal-hal yang berbau mistis, bagiku itu semua hanyalah omong kosong belaka. 

Di dunia ini mana ada hantu? mungkin fakta mengenai hantu dibuat hanya untuk menakut-nakuti anak kecil. Mereka mendeskripsikan spesies hantu dengan detail yang dianggap menyeramkan. Terheran, mengapa semua orang begitu sangat percaya terhadap keberadaan hantu tersebut?

Saat aku tiba di kelas, aku langsung segera menuju mejaku yang terletak urutan kedua dari depan. Saat aku hendak mengambil benda yang menurutku penting, entah kenapa tubuhku tiba-tiba bergetar hebat.

Aku merasakan ada tangan dingin yang menyentuh punggung tanganku. Aku melihatnya! Aku melihat tangan berlumuran darah sedang mencekal tangan kananku. Secara spontan aku histeris dan menarik-narik tanganku dengan cepat. Saking takutnya, aku hampir menangis hebat dan berteriak. Namun, rasanya tubuhku berat dan mulutku seakan terkunci rapat.

Segala macam doa ku rapalkan. Hatiku tak berhenti berkomat-kamit mengucapkan ayat suci yang kuhafal. Ketika tanganku sudah terlepas, aku langsung berlari meninggalkan kelas. Berlari membabi buta untuk meninggalkan sekolah.

Tibalah aku di halaman sekolah, di sana tampak seorang gadis dengan rambut panjang tergerai sedang menungguku seorang. Dia temanku, Rena Liu. Rena yang melihatku berlari dengan brutal, hanya melemparkan tatapan bingung.

"Ada A-"

Aku tak membiarkan Rena menyelesaikan kata-katanya. Aku langsung menggandeng tangan Rena dan mengajaknya berlari meninggalkan sekolah setelah melambaikan tangan kepada satpam sekolah.

Aku menghiraukan tatapan Rena yang mengisyaratkan, Ada apa ini?

Saat kita berada jauh dari jangkauan sekolah, segera ku melepaskan tangan Rena dan menarik napas lega.

"Kenapa kita tadi lari, Chit?" tanya Rena, ku hanya melirik sekilas dan langsung menghiraukan pertanyaan Rena.

"Nanti kujelaskan di rumah, Ren," balasku.

Aku masih syok dengan kejadian yang kualami sekitar lima belas menit yang lalu. Saat tiba di depan rumah, "Hati-hati di jalan Rena, jangan lupa ke rumah, ya!"

Setelah mengucapkan kata itu kepada Rena, aku membuka pintu depan dan langsung menuju kamarku. Kamarku berada di atas. Setelah mandi dan berganti pakaian, aku langsung menuju ke bawah tepatnya ke meja makan. Di sana ada ibuku yang sedang memasak makan malam untuk keluargaku, hanya ayah yang tidak ikut makan malam karena sibuk dengan pekerjaannya.

"Panggilkan adikmu untuk makan malam," perintah ibu yang segera ku balas dengan anggukan.

Setelah selesai memanggil adikku, Cindy. Aku segera mengambil duduk di sebelah adikku, saat makan hanya terdengar dentingan sendok dan sesekali kami membicarakan masalah sekolah. 

Makan malam pun selesai, aku segera membantu ibu mencuci piring. Tiba-tiba ada suara ketukan pintu dari luar, aku segera menuju pintu dan membukanya, ternyata Rena.

Aku menggiring Rena ke kamarku, dan langsung menutup pintu kamar rapat-rapat, takut ada orang yang menguping.
"Ren tadi saat di sekolah aku ...." Aku menceritakan secara detail saat kejadian di sekolah tadi, Rena kaget dan segera menutup mulutnya dengan tangannya.

"Kamu nggak bohong, 'kan?" tanya Rena memastikan, sedikit tak percaya.

"Mana mungkin aku bohong, Ren," yakinku.

Aku mengatakan kepada Rena kalau jangan bilang ke siapa-siapa. Rena hanya mengangguk lemah, dia masih takut dengan apa yang kuceritakan.

Aku jadi merasa bersalah terhadap Rena, karena menceritakan kejadian mengerikan kepada orang yang salah. Setelah selesai mengerjakan tugas yang diberikan bu Maria, Rena langsung pamit pulang. Setelah itu aku menuju kamar dan tidur dengan tenang.

Pagi hari telah datang, aku segera mandi dan memakai seragam sekolah. Aku menyisir rambutku yang panjang tergerai di depan cermin. Tiba-tiba seperti ada bayangan putih yang melintas di depan mataku.

Apa itu tadi? Mungkin hanya perasaanku saja, batinku.

Aku melanjutkan kegiatan menyisirku. Setelah semuanya usai, aku langsung turun dan mengambil roti selai yang ada di piring, "Aku berangkat, Bu."

Saat tiba di depan rumah, Rena menyapa dan akhirnya kita berjalan bersama menuju sekolah. Letak sekolah tidak terlalu jauh, jadi bisa jalan kaki. Di perjalanan kita ngobrol dan tidak terasa sudah sampai di sekolah.

Kebetulan kita satu kelas, jadi kita berjalan searah. Saat berjalan di koridor sekolah, aku mendengar seperti orang teriak menyedihkan, tapi kuhiraukan mungkin aku sedang tidak enak badan atau semacamnya.

Setelah tiba di kelas, aku langsung duduk di bangkuku. Tak berapa lama bu Desy datang, dan menerangkan materi yang menurutku membosankan, sejarah.

Bel istirahat pun berbunyi, Rena mengajakku ke kantin tetapi aku menolak karena aku ingin ke perpustakaan untuk mencari buku. Saat tiba di perpustakaan, aku langsung menulusuri judul-judul buku yang ingin ku baca.

Namun, mataku tertuju pada buku yang berjudul Kisah SMA Jaya. Aku langsung mengambil buku itu dan membacanya dalam diam.

Sekitar sepuluh tahun yang lalu, ada seorang gadis yang pendiam dan misterius bernama Veronika Gladys. Saat itu dia kelas XI MIPA 2. Dia menduduki bangku nomor dua dari depan. Sesuatu yang tak terduga pun terjadi dengan tragis, kabarnya gadis tersebut meninggal tetapi mayatnya belum ditemukan.

Dari beberapa teman sekelasnya, mereka mengaku jika mereka jarang melakukan komunikasi dengan gadis tersebut. Mereka beranggapan bahwa Veronika ini sangat sombong, tak sedikit dari mereka yang membenci keberadaan Veronika.

Veronika adalah gadis berprestasi yang pendiam. Dia banyak memenangkan juara dari olimpiade-olimpiade yang diikutinya. Meskipun Veronika jarang melakukan komunikasi, banyak guru-guru yang tertarik pada kemampuan Veronika. Namun, kabar mengejutkan datang menggemparkan sekolah SMA Jaya dengan hilangnya Veronika.

Polisi sudah menangani kasusnya, dan mencari-cari keberadaan Veronika. Namun tak kunjung dapat pencerahan, sampai saat ini. Jasad Veronika masih belum ditemukan, ada yang bilang jika Veronika bergentayangan di sekolah ini. Waktu itu, ada seorang murid yang mengatakan jika ia melihat hantu Veronika. Wajahnya rusak tak berbentuk, dia memakai jubah putih panjang dengan bercak darah, mengerikan.

Ada yang bilang jika bagi siapa yang ....

Belum sempat aku baca bagian terakhir kisah tersebut tiba-tiba ...

"Chita!" Suara Rena mengagetkanku, spontan aku menutup buku tersebut.

"Serius amat, dari tadi juga dipanggil-panggil nggak kedengeran, memangnya kamu baca apa?" tanya Rena.

"Sstt, ini buku kisah SMA kita saat sepuluh tahun yang lalu, Ren," bisikku pelan.

Lalu Rena mengambil alih buku itu dan langsung membacanya, Rena nampak kaget saat membaca buku itu, dia segera menunjukkan bagian akhir cerita padaku dan segera ku baca dalam hati.

Ada yang bilang jika bagi siapa yang menduduki bangku kedua dari depan dia akan berurusan dengan gadis tersebut. Dari pengalaman, seseorang pernah diteror oleh Veronika, ada yang diikuti oleh Veronika, bahkan ada juga yang hampir dicekik oleh Veronika. Saya mengharapkan anda berhati-hati. Selalu berdoa untuk jasad Veronika dan keselamatan anda.

Seketika aku kaget hingga menjatuhkan buku tersebut ke lantai, bagaimana ini? Hidupku digentayangi? Padahal aku tidak mengenalnya. Pikiranku kacau, aku segera meletakkanan buku tersebut seperti semula dan meninggalkan perpustakaan.

Bel pulang sekolah berbunyi, murid-murid mulai berbondong-bondong meninggalkan sekolah, terutama aku dan Rena. Aku ingin segera pulang dan tidak memikirkan kejadian ini dengan serius.

Setelah tiba di rumah, aku berjalan menuju kamar dengan langkah gontai. Setelah mandi dan berganti pakaian aku langsung tidur, di dalam mimpi ...

Aku bertemu dengan seorang gadis berkacamata, memandang sayu papan tulis. Aku mengikuti setiap langkah gadis itu, dia berjalan menuju kamar mandi.

Saat tiba di kamar mandi, seseorang dengan sengaja menyiram gadis tersebut dengan air, dilanjutkan dengan melemparkan telur-telur ke arah wajah gadis tersebut.
Gadis tersebut hanya menatap datar pada orang itu. Tatapannya seakan mengisyaratkan agar orang tersebut segera berhenti merundungnya. Namun, orang tersebut tetap memukuli gadis itu.

"Karin bedebah!" teriak gadis itu pada orang yang sedang memukulinya saat ini.

Orang yang bernama Karin terlihat lebih marah dan beralih menjambak rambut gadis itu.

"Semua orang muji elo padahal lo itu bisu! BISU! Nggak bisa ngomong 'kan lo! Dan lo udah cari gara-gara sama gue! Ingat yang lo lakuin waktu itu ke gue? Lo ngambil pacar gue!!! Lo goda si Vian! Lo cium Vian seenak jidat! Gue benci! GUE BENCI SAMA LO VERONIKA BANGSAT!" teriak Karin.

"Siapa yang godain si Vian, hah?! Gue nggak godain si Vian bejat itu! Dia yang tiba-tiba nyium gue! Dia itu be-" ucapan Veronika tak diteruskan saat perutnya tiba-tiba merasakan perih. Darah mengalir dari perut mungilnya.

Karin dengan amarahnya lalu mencekik leher Veronika sekuat tenaga. Berharap Veronika kehabisan napas. Veronika hanya mendelik tajam menatap Karin. Tak lama kemudian, Veronika perlahan memejamkan matanya.

Karin mengecek pernapasan Veronika. "Mati lo."

Aku hanya bisa melihat dari arah kejauhan, aku tidak bisa menolong karena saat ku pegang benda apapun, sepertinya aku tembus pandang jadi tidak ada yang bisa melihatku.

Lalu aku melihat Karin membawa jasad Veronika di halaman belakang sekolah, dia menggali tanah dengan pacul yang ada di sana. Dengan keringat bercucuran, Karin membopong tubuh Veronika. Lalu langsung membanting jasad Veronika ke dalam lubang sudah ia gali.

Kenapa orang itu kejam sekali?! Namun, tiba-tiba aku berada di ruang kelasku. Aku bingung, takut, dan panik. Aku ingin segera bangun dari mimpi buruk ini!

Tiba-tiba ada suara tawa mengerikan, "Khu khu khu... kenapa kamu di sini?"

Seketika aku berbalik dan menemukan gadis tadi yang bernama Veronika berada di hadapanku. Wajahnya rusak, tangan berlumuran darah dan mata yang menyiratkan kesedihan.

Gadis itu mendekat ke arahku, ingin kuberteriak tapi tidak ada satupun suara yang keluar dari mulutku.

Jangan mendekat! batinku dalam hati, aku takut sekali sehingga lututku lemas dan aku jatuh terduduk di lantai. Aku memejamkan mataku.

"Bantu aku," pinta gadis itu.

Aku langsung membuka mataku, dan mendapati gadis tersebut kembali ke wujud normal bukan wujud hantu, "Perkenalkan namaku Veronika, kamu bisa memanggilku Vee. Tolong ambilkan jasadku dan kebumikan aku dengan layak. Kau mengerti?" perintah Vee, aku mengangguk takut tapi aku akan menjalankan perintah itu.

Saat bangun, sudah tiba pagi hari. Aku bergegas mandi dan memakai seragam, lalu menuju bawah dan sarapan dalam diam. Aku pastikan hari ini semua masalah sudah berakhir, semoga saja.

Tak lupa aku pamit ke ayah dan ibu, di depan rumah Rena menungguku dan aku ceritakan mimpiku tadi malam ke Rena, aku tidak menggubris berbagai pertanyaan Rena. Rena nampaknya kesal terhadapku.

"Kau akan tahu sendiri nanti, Ren," kataku meyakinkan Rena.

Saat sampai di sekolah, aku langsung menuju ruang guru dan menceritakan tujuanku. Segera guru itu menelepon pihak polisi dan segera menuju tempat yang aku tunjukkan.
Pihak polisi datang dan langsung menggali tanah yang kutunjuk, nampaknya semua orang terkejut. Terlihat jika semua yang ada di lokasi kejadian merasa jijik dan ada yang ingin muntah karena melihat jasad Vee.

Akhirnya jasad tersebut dibawa ke rumah sakit untuk dibersihkan dan langsung menuju ke kediaman orang tuanya. Setelah itu jasad Vee dimakamkan dengan layak dan didoakan dengan khusyu'.

Sedangkan di sekolah, aku diinterogasi di ruang guru oleh para guru dan pihak polisi, aku menjawab semua pertanyaan demi pertanyaan itu berdasarkan mimpi yang aku alami kemarin malam. Akhirnya aku sudah tidak digentayangi oleh arwah Vee, dan kehidupanku berjalan seperti semula.

-THE END-


Bagaimana, guys? Aku nggak bakat membuat cerita horror, misteri, thriller. Cerita ini sebenarnya hasil dari tugas Bahasa Indonesia waktu SMP. Lalu kuposting di FB, kemudian di wattpad. 

Terima kasih yang sudah membaca.


Post a Comment

0 Comments